About Me

Kota Pasuruan Tercinta
Kami bukanlah orang-orang besar dari Kota ini, tapi kami adalah anak-anak muda yang memiliki semangat dan idealisme-idealisme untuk membangun dan memajukan kota kami, kami adalah generasi muda, generasi baru untuk kota kami tercinta, KOTA PASURUAN...
Lihat profil lengkapku

Sejarah Kota Pasuruan

18.12 Edit This 0 Comments »
Pasuruan yang dahulu disebut Gembong merupakan daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja Jawa Timur yang beragama Hindu. Pada dasawarsa pertama abad XVI yang menjadi raja di Gamda (Pasuruan) adalah Pate Supetak, yang dalam babad Pasuruan disebutkan sebagai pendiri ibukota Pasuruan.

Menurut kronik Jawa tentang penaklukan oleh Sultan Trenggono dari Demak, Pasuruan berhasil ditaklukan pada tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa. Pada tahun-tahun berikutnya terjadi perang dengan kerajaan Blambangan yang masih beragama Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibukota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan.

Pada tahun 1617-1645 yang berkuasa di Pasuruan adalah seorang Tumenggung dari Kapulungan yakni Kiai Gede Kapoeloengan yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho I. Berikutnya Pasuruan mendapat serangan dari Kertosuro sehingga Pasuruan jatuh dan Kiai Gedee Kapoeloengan melarikan diri ke Surabaya hingga meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Bibis (Surabaya).

Selanjutnya yang menjadi raja adalah putra Kiai Gedee Dermoyudho I yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho II (1645-1657). Pada tahun 1657 Kiai Gedee Dermoyudho II mendapat serangan dari Mas Pekik (Surabaya), sehingga Kiai Gedee Dermoyudho II meninggal dan dimakamkan di Kampung Dermoyudho, Kelurahan Purworejo, Kota Pasuruan. Mas Pekik memerintah dengan gelar Kiai Dermoyudho (III) hingga meninggal dunia pada tahun 1671 dan diganti oleh putranya, Kiai Onggojoyo dari Surabaya (1671-1686).

Kiai Onggojoyo kemudian harus menyerahkan kekuasaanya kepada Untung Suropati. Untung Suropati adalah seorang budak belian yang berjuang menentang Belanda, pada saat itu Untung Suropati sedang berada di Mataram setelah berhasil membunuh Kapten Tack. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, pada tanggal 8 Februari 1686, Pangeran Nerangkusuma yang telah mendapat restu dari Amangkurat I (Mataram) memerintahkan Untung Suropati berangkat ke Pasuruan untuk menjadi adipati (raja) dengan menguasai daerah Pasuruan dan sekitarnya.

Untung Suropati menjadi raja di Pasuruan dengan gelar Raden Adipati Wironegoro. Selama 20 tahun pemerintahan Suropati (1686-1706) dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan tentara Kompeni Belanda. Namun demikian dia masih sempat menjalankan pemerintahan dengan baik serta senantiasa membangkitkan semangat juang pada rakyatnya.

Pemerintah Belanda terus berusaha menumpas perjuangan Untung Suropati, setelah beberapa kali mengalami kegagalan. Belanda kemudian bekerja sama dengan putra Kiai Onggojoyo yang juga bernama Onggojoyo untuk menyerang Untung Suropati. Mendapat serangan dari Onggojoyo yang dibantu oleh tentara Belanda, Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia (1706). Belum diketahui secara pasti dimana letak makam Untung Suropati, namun dapat ditemui sebuah petilasan berupa gua tempat persembunyiannya pada saat dikejar oleh tentara Belanda di Pedukuhan Mancilan, Kota Pasuruan.

Sepeninggal Untung Suropati kendali kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Rakhmad yang meneruskan perjuangan sampai ke timur dan akhirnya gugur di medan pertempuran (1707).

Onggojoyo yang bergelar Dermoyudho (IV) kemudian menjadi Adipati Pasuruan (1707). Setelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro.

Suatu ketika Belanda berhasil membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Raden Ario dapat meloloskan diri dan melarikan diri ke Malang. Sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda. Belanda menganggap Pasuruan sebagai kota bandar yang cukup penting sehingga menjadikannya sebagai ibukota karesidenan dengan wilayah: Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Bangil.

Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro. Kiai Ngabai Wongsonegoro juga diberi hadiah seorang putri dari selir Kanjeng Susuhunan Pakubuono II dari Kertosuro yang bernama Raden Ayu Berie yang merupakan keturunan dari Sunan Ampel, Surabaya. Pada saat dihadiahkan, Raden Ayu Berie dalam keadaan hamil, dia kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang bernama Raden Groedo. Saat Kiai Ngabai Wongsonegoro meninggal dunia, Raden Groedo yang masih berusia 11 tahun menggantikan kedudukannya menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Kiai Adipati Nitiadiningrat (Berdasarkan Resolusi tanggal 27 Juli 1751).

Adipati Nitiadiningrat menjadi Bupati di Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799). Adipati Nitiadiningrat (I) dikenal sebagai Bupati yang cakap, teguh pendirian, setia kepada rakyatnya, namun pandai mengambil hati Pemerintah Belanda. Karya besarnya antara lain mendirikan Masjid Agung Al Anwar bersama-sama Kiai Hasan Sanusi (Mbah Slagah).

Raden Beji Notokoesoemo menjadi bupati menggantikan ayahnya sesuai Besluit tanggal 28 Februari 1800 dengan gelar Toemenggoeng Nitiadiningrat II. Pada tahun 1809, Toemenggoeng Nitiadiningrat II digantikan oleh putranya yakni Raden Pandjie Brongtokoesoemo dengan gelar Raden Adipati Nitiadiningrat III. Raden Adipati Nitiadiningrat III meninggal pada tanggal 30 Januari 1833 dan dimakamkan di belakang Masjid Al Anwar. Penggantinya adalah Raden Amoen Raden Tumenggung Ario Notokoesoemo dengan gelar Raden Tumenggung Ario Nitiadiningrat IV yang meninggal dunia tanggal 20 Juli 1887. Kiai Nitiadiningrat I sampai Kiai Nitiadiningrat IV lebih dikenal oleh masyarakat Pasuruan dengan sebutan Mbah Surga-Surgi.

Pemerintahan Pasuruan sudah ada sejak Kiai Dermoyudho I hingga dibentuknya Residensi Pasuruan pada tanggal 1 Januari 1901. Sedangkan Kotapraja (Gementee) Pasuruan terbentuk berdasarkan Staatblat 1918 No.320 dengan nama Stads Gemeente Van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918.

Sejak tanggal 14 Agustus 1950 dinyatakan Kotamadya Pasuruan sebagai daerah otonom yang terdiri dari desa dalam 1 kecamatan. Pada tanggal 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa. Pada tanggal 12 Januari 2002 terjadi perubahan status desa menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002, dengan demikian wilayah Kota Pasuruan terbagi menjadi 34 kelurahan. Berdasarkan UU no.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah terjadi perubahan nama dari kotamadya menjadi kota maka Kotamadya Pasuruan berubah menjadi Kota Pasuruan.

Diambil dari Wikipedia Indonesia.

Gambaran Letak dan Potensi SDA Kota PAsuruan

05.14 Posted In , , , , Edit This 0 Comments »

Wilayah Kota Pasuruan terletak pada 112 ‘ 45 menit - 112 ‘ 55 menit Bujur Timur, 7’ 35 menit diatas ketinggian + 4 M diatas permukaan air laut.
Batas Administratif Kota Pasuruan Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rejoso Kab.Pasuruan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gondangwetan dan kecamatan Pohjentrek, Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kec. Kraton Kab.Pasuruan.
Kota Pasuruan dengan luas daerah 3.529 KM2 terletak diantara lintas 112 ‘ 30 BT, 7’ Bujur Selatan merupakan dataran rendah, sebelah utara berpantai yang terdiri dari 3 Kecamatan dan 34 Keluarahan.

  • Keadaan Cuaca wilayah Kota Pasuruan.

1) Curah hujan Kabupaten Pasuruan mulai bulan Desember s/d Juni = 20, 3 s/d 417,7 mm.
2) Curah hujan pada bulan Mei s/d Nopember = 0 s/d 1,5 mm ( musim kemarau ).
3) Suhu udara rata-rata antara 26,9 ‘ C s/d 29,9 ‘ C.
4) Kecepatan angin rata-rata 2,94 Km/ Jam s/d 5,88 Km/ Jam.

  • Potensi Sumber daya Alam yang ada adalah :


1). Hutan bakau

Hutan bakau dapat memberikan dampak positif pada ekonomi yang ada di wilayah daratan Pasuruan, disamping juga merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.

Peran dan fungsi Hutan Bakau antara lain sbb. :
a) Kemampuan untuk memberikan manfaat produksi dalam bidang perikanan misalnya Ikan, Udang yang merupakan komoditi eksport yang dapat memberikan devisa kepada negara.
b) Kemampuan untuk memberikan manfaat sebagai pelindung, yaitu sebagai pengatur tata air, mencegah banjir, mencegah Agrasi, pengawet dan pemelihara kesuburan tanah.
c) Kemampuan untuk memberikan manfaat lainnya seperti Hutan Suaka dan Hutan Wisata.

2). Tambak Ikan.

Tambak ikan secara ekonomi dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat karena dapat memberikan sumber nafkah dari hasil tambak udang maupun bandeng, karena selain dikonsumsi sendiri juga dikirim keluar daerah kota Pasuruan.

3). Potensi daerah.
a)
Adanya kawasan Pelabuhan kota Pasuruan yang belum dikelola oleh Pemkot Pasuruan dan masih dalam naungan Propinsi Jatim dengan sistem Pelabuhan Rakyat ( PELRA) dan digunakan sandar Kapal Motor yang mengangkut kayu dari Kalimantan, Garam dari Madura, mengangkut sembako, bahan bangunan dari Pasuruan juga kapal-kapal milik nelayan Lokal.

b)
Adanya kawasan Industri Funiture yang bergerak dalam bidang kerajinan mebel, home industri logam dan budi daya rumput laut.